Jumat, 17 Juni 2011 di 07.19 Diposting oleh Jaya'x 0 Comments


Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, memiliki banyak tempat suci yang dilengkapi ritus-ritus purba. Sebut, misalkan, Pura Penataran Sasih, Pura Kebo Edan, atau Pura Pusering Jagat. Di antara situs-situs tua itulah berdiri Pura Pangukur-ukuran. Lokasinya di Desa Pakraman Sawagunung, Desa Pejeng Kelod. Pura ini mudah dicapai dengan semua jenis I kendaraan dan dapat dicapai melalui 3 jalur yaitu : dari selatan melalui belokan Dusun Wanayu terus ke Pejeng Klod ke utara. Dari Desa Pejeng ke timur dan dari utara yaitu melalui Dusun/Br. Mancawarna Desa Sanding ke selatan. Jarak dari Denpasar ± 30 Km dan dari Gianyar ± 11 Km. Beragam kisah dapat dicermati dari keberadaan pura di tepi Tukad Pakerisan ini. Mulai dari jenis palinggih (bangunan suci) hingga tinggalan purbakala yang tersimpan di dalamnya.
Sejarah pura pengukuran Tradisi lisan di Pejeng dan sekitarnya menyebutkan, pura berluas 2 ha ini konon menjadi tempat para raja Bali Kuno mengukur tanah Bali. Termasuk mencari tempat yang cocok buat membangun pura pusat. Kemudian dari Pura Manik Corong, di Desa Pejeng, membidik daerah yang cocok dibangun Pura Basukian. Ada perkira-kiraan semula sang raja hendak membangun Pura Basukian (Besakih) di sebelah utara areal Pura Pangukur-ukuran. Di lokasi ini hingga kini ada peninggalan berupa tanah lapang berdasar batu padas seluas 150 m2. Konon setelah melalui berbagai pertimbangan, di antaranya lokasi pura terlalu di tengah, kurang menunjuk arah timur laut, keinginan membangun Pura Basukian di areal Pura Pangukur-ukuran pun tak dilanjutkan. Kawasan pinggang Gunung Agung (kini bernama Desa Besakih), menjadi pilihan membangun Pura Basukian. “Itu sebab antara Pangukur-ukuran dengan Manik Corong memiliki hubungan erat,” kisah Jero Mangku Dewa Gede Rauh, Pamangku Pamucuk Pura Pangukur-ukuran.
Selain dengan Pura Manik Corong, Pura Pangkur-ukuran juga bertalian dengan Pura Tirta Mangening, Pura Gunung Kawi, dan pura lain di sepanjang Tukad Pakerisan. Hubungan terjadi tak lepas dari berbagai peninggalan yang ada. Sumber air yang melewati Tukad Pakerisan juga berasal dari Tirta Mangening di hulunya. Pura ini juga terkait dengan Pura Samuan Tiga, di Banjar Marga Bingung, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh. Konon usai para raja menentukan lokasi pembangunan Pura Basukian dan Pura Pusering Tasik, semua raja akhirnya berkumpul di Pura Samuan Tiga, merembugkan rencana menata Bali secara utuh dan menyeluruh.



Toh kekunaan situs Pangukur-ukuran tak sebatas berdasar tradisi lisan setempat. Di sini juga terdapat peninggalan bernilai prasejarah dan sejarah, berupa Candi Agung dan ritus purbakala yang tersimpan di palinggih Ratu Bujangga. Di sebelah timur pura, tepatnya di tepi Tukad Pakerisan, terdapat peninggalan Goa Garba. “Gua ini,” tegas Dewa Gede Badung, mantan Klian Subak Sawogunung, yang kini dipercaya sebagai penjaga pura, “menjadi tempat samadi Mahapatih Kebo Iwa dari Kerajaan Bedahulu, ketika hendak menambah bangunan, termasuk membuat tembok pembatas Pura Pangukur-ukuran.” Selain Candi Agung, Goa Garba, dan arca, ada pula peninggalan gapura yang menghubungkan Candi Agung dengan Patirtaan di sebelah timur Pura Pangukur-ukuran.
Patirtaan ini hingga sekarang tetap dimanfaatkan sebagai sarana air suci (tirta) serta sarana mencuci (ngingsah) beras yang dijadikan bahan upacara. Di sebelah selatan pura terdapat jalan setapak dari batu tua serta sisa-sisa pintu gerbang dari batu padas. Jalan ini menuju ke Goa Garba. Di antara jalan setapak tersebut, ada satu batu berisi bekas tapak kaki yang ukurannya melebihi ukuran telapak kaki manusia biasa. Masyarakat Sawagunung dan sekitar meyakini telapak kaki ini bekas hentakan kaki Kebo Iwa, saat membuat jalan menuju ke Pura Pangukur-ukuran. Berbagai ritus purbakala tersimpan di Pura Pangukur-ukuran.
Sebelah Timur Desa Pejeng setelah jalan  turun melalui tebing curam di tepi Sungai Pakerisan, terdapat sebuah ceruk pertapaan, tangga ini melewati sebuah gapura. Di atas pertapaan ini terdapat sejumlah  kolam dan  pancuran. Di samping salah satu kolam di atas ceruk pertapaan terdapat sebuah lobang yang menuju ke sebuah ruangan atau terowongan yang gelap. Di atas salah satu ceruk dipahatkan beberapa huruf dan di atas ceruk lainnya terdapat pula tulisan (sra) akan tetapi arti tulisan-tulisan itu tidak jelas. Di dalam ceruk yang pertama ada beberapa pahatan, misalnya sebuah papan batu yang berukiran gambar cerek. Di dalam Pura Pengukur-Ukuran terdapat beberapa batu berukiran dan sebuah batu ambangan pintu yang bertuliskan tahun 1116 Saka sama dengan angka tahun masehi 1194. Dalam tulisan itu disebutkan nama Dharmaanyar yang mungkin adalah nama Pura itu sendiri dahulunya.

0 Responses so far.

Posting Komentar